Monday, March 26, 2012

TOPENG 2



Usai bertengkar hebat dengan suaminya perihal topeng, perempuan itu terlelap. Suaminya memandang garis wajah lelah istrinya. Tiba-tiba dia menjadi sanksi. Apakah guratan lelah itu adalah lelah, atau hanya topeng yang belum sempat ia tanggalkan sebelum tidur. Karena nyatanya, dia pun sering memilih untuk tetap mengenakan topeng terfavoritnya, meski saat bersama keluarganya. Atau sejujurnya, dia memang sengaja mengenakan topeng tertentu dihadapan anak dan istrinya.

Dia sudah lupa wajahnya yang sebenarnya. Itu tak penting. Karena dia tahu, dia bukan satu-satunya orang yang rela menebus dengan segala apa yang dimilikinya demi mendapatkan topeng yang bisa membuatnya mendapatkan cinta dan simpati dari lebih banyak orang.
Hampir tengah malam, dan semakin sepi. Lelaki itu beranjak pelan dari kamar tidurnya menuju ruang penyimpanan topeng.

Perlahan dilepasnya topeng 'default' nya, yang dia kenakan nyaris sepanjang hari, yang seringkali dia tutupi dengan topeng2 lain yang dia perlukan.

Melalui cermin berukuran besar, dilihatnya lekat-lekat pantulan wajah aslinya. Sudah lama dia melupakan wajah aslinya itu. Bahkan dia seringkali mencoba meyakinkan diri, bahwa topeng standar yang dia kenakan sepanjang waktu itu adalah wajah aslinya.

Memandang pantulan wajah aslinya dalam cermin membuatnya gusar dan ketakutan. Segera dikenakannya kembali topeng standarnya. Lalu tersenyum.

"Wajah seperti inilah yang akan membuatku dicintai oleh keluargaku... Semoga aku tak pernah teledor atau lupa menanggalkan topeng ini..." kata lelaki itu sambil tersenyum.

Lama-lama senyum itu berubah menjadi senyum getir, membayangkan anak dan istrinya melakukan hal yang sama dengan apa yang barusaja dilakukannya.

(bersambung...)

Ditulis untuk diposting sebagai status Facebook, 26 Maret 2012

No comments: