Tuesday, February 21, 2012

Air Mata



"Menangis lagi?"
Tanya Malam dengan nada kesal. Aku memahami kekesalannya. Karena memang Malam-lah yang seringkali menjadi saksi air mata yang tertumpah. Air mata dari orang-orang yang hanya ingin menunjukkan ketangguhannya kepada Siang.

Aku menyeka titik air mata. Menghela nafas panjang dan menikmati kesunyian selama beberapa detik.
"Untuk apa air mata-air mata itu?"
Malam kembali bertanya.

Kami terdiam. Angin berdesir mengantarkan hawa dingin dini hari yang menusuk tulang.

"Mengapa harus ada air mata?"
tanya malam lagi.

"Apakah harus tidak ada air mata?"
Tanyaku.

Tuhan tidak menciptakan sesuatu untuk sia-sia, tiada guna. Pun air mata. Air mata adalah mekanisme indah yang diciptakan Tuhan. Saat gejolak hati tak terwakili oleh kata-kata, air mata mampu mewakilinya. Saat hati penuh duka, air mata meringankannya. Saat hati bersuka cita, air mata pun ikut merayakannya.

"Lalu air matamu?"
Tanya malam melembutkan suaranya. Mencoba bersimpati.

Air mataku adalah air mata penyesalan.
Penyesalan pada ketidakmampuanku bersabar atas ujian yang Tuhan berikan.
Penyesalan pada masa laluku yang hitam sekelam jelaga.

Air mataku adalah air mata kemarahan.
Kemarahan pada diri sendiri yang seringkali melanggar janji jani untuk jadi hamba yang berbakti.

Air mataku adalah air mata pengharapan.
Pengharapan akan rengkuhan Tuhan.

Air mataku adalah air mata kerinduan.
Kerinduan pada diriku yang ingin menapaki jalan Tuhan.

Air mataku...

Jadi harus nambah budget buat beli tissue... duh duh...
 


Ditulis untuk diposting sebagai status Facebook, 21 Februari 2012


Wednesday, February 15, 2012

Nyeri itu...



Ku seka air mata
Sakit itu masih ada
Nyeri
Dan menyiksa
Nyeri yang membuatku kian merasa
Bahwa memang tak seharusnya
Kita bersama

Sakit itu masih ada
Nyeri
Dan kian menyiksa

Meski hati tak rela
Jika harus berjalan tanpamu

Meski hati tak rela
Melewati hari-hari
Tanpa manismu
Tanpa hangatmu

Tapi
Nyeri itu mengingatkanku
Bahwa aku harus segera meninggalkanmu

Meski hati tak rela...

[Sajak malamku untuk kopi yang selama ini menemani hari-hariku. Migrainku, asam lambungku, anemiaku, semua mengatakan bahwa aku harus meninggalkannya, segera]

Ditulis untuk diposting sebagai status Facebook, 15 Februari 2012 ·Top of Form

Tuesday, February 7, 2012

Kagum



Bunga yang berwarna, yang kau pandang indah dari kejauhan, belum tentu layak untuk kau petik.
Bisa jadi durinya terlalu banyak dan tajam, baunya menyengat tak enak, mahkotanya mudah tanggal...

Gunung yang membiru, yang kau pandang indah dari kejauhan, belum tentu layak untuk kau daki.
Bisa jadi gunung itu penuh dengan cadas, terjal, pepohonan berduri, beracun, hewan-hewan buas dan berbisa.

Mengagumi indahnya dari jauh seringkali lebih membahagiakan daripada mendekat dan melihat ketidaksempurnaannya...

Ditulis untuk diposting sebagai status Facebook, 7 Februari 2012